Selasa, 16 Desember 2014


7 hal unik mengenai GPI (Gereja Pentakosta Indonesia)

Berikut adalah 7 hal unik mengenai Gereja Pentakosta Indonesia:
  1. Memiliki salam sapaan yang unik
  2. Memiliki logo gereja yang artinya sangat mendalam’
  3. Memiliki doa pembukaan yang khas
  4. Memiliki cara berdoa “berlutut” ketika mengakhiri ibadah
  5. Hamba Tuhan tidak mendapat gaji
  6. Terdapat dua kali penyampaian Firman Tuhan dalam Ibadah
  7. Selalu mengadakan doa 10 malam setiap tahun

Pembahasan :

1. Memiliki salam sapaan yang unik
PUJI TUHAN! HALELUYA! Demikianlah sapaan ini selalu diucapkan di GPI, kata-kata ini merupakan ciri khas dari GPI ketika menyapa seseorang atau ketika memulai berbicara didepan jemaat bahkan ketika mengakhiri pembicaraan. HALELUYA merupakan bahasa sorgawi, bahasa para malaikat, yang mempunyai arti Pujilah Tuhan. Kata-kata ini sangat membangun seseorang untuk selalu memuji dan meninggikan Tuhan Yesus.
Lain halnya dengan kata “syalom” yang mempunyai arti “horas” atau “salam sejahtera”. HALELUYA sendiri di Alkitab hanya disebutkan oleh kitab Mazmur dan Wahyu. Puji-pujian selalu dinaikan raja Daud kepada Tuhan, ia memuji dan memuliakan Allah, karena perbuatan Allah yang dahsyat, hingga ia menyatakan: “Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya (Mazmur 106:1) dan para malaikat sorgawi yang himpunan besar jumahnya dengan nyaring berkata: “Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita..! (Wahyu 19:1b)
Biarlah segala yang bernafas (Anda dan saya :D ) memuji Tuhan sekarang ini dan sampai selama-lamanya
2. Arti logo gereja
Berikut arti dari logo Gereja Pentakosta Indonesia
a)   Paling atas adalah salib melambangkan Kristus
b)   Ditengah adalah alkitab yang adalah firman Allah
c)   Paling bawah adalah buku yang melambangkan ilmu pengetahuan
Buku posisi paling bawah adalah ilmu pengetahuan manusia/jemaat yang tunduk dan mendukung kepada kebenaran Alkitab, sedangkan Alkitab posisi ditengah menerangi hati dan pikiran manusia dan menjembatani kepada (untuk) kemuliaan Kristus.
3. Memiliki doa pembukaan yang khas
“Berfirmanlah Engkau ya Tuhan
Sebab aku mendengarkanMu
Nyatakanlah kepadaku untuk
Memuliakan namaMu, penuhlah
Jiwaku dengan kasih karuniaMu
Haleluya. Amin!”
Doa ini sering diucapkan oleh jemaat GPI diseluruh Indonesia dimulai dengan kata berfirmanlah suatu kata perintah atau lebih tepatnya suatu permintaan kepada Tuhan untuk menyatakan segala hal yang akhirnya jemaat akan memuliakan Tuhan. Kerinduan kepada Allah yang diungkapkan melalui doa singkat ini namun mempunyai arti luas, agar jemaat memuliakan Tuhan.
4. Memiliki cara berdoa “berlutut” ketika mengakhiri ibadah
Hal mengenai berlutut dan berdoa seringkali dilakukan oleh tokoh-tokoh alkitab dan masyarakat sekarang. Berlutut, berdoa, menyembah memuji Yesus merupakan suatu tindakan ketidakmampuan pendoa untuk berdiri lagi memohon dan menyampaikan isi hatinya kepada Tuhan, selain itu, berlutut berdoa merupakan perasaan tidak layak untuk berdiri meminta kepada Tuhan Yesus karena betapa kudus dan sucinya Tuhan itu
Bayangkan anak Anda meminta roti kepada Anda, dengan cara ia datang kepada Anda kemudian berkata: “bapa, minta uang dong, buat beli kue” mungkin Anda langsung memberikannya uang, dan ia langsung pergi.
Bayangkan juga anak Anda datang kepada Anda, kemudian dia berlutut (walau saya sadar jarang sekali seorang anak melakukan ini :D) dan berkata: “Bapa, minta uang dong untuk beli kue”. Dan Anda memberikannya juga.
Cara kedua menunjukan kerendahan hati anak tersebut meminta kepada bapanya, dan si bapa, saya yakin lebih menyukai cara yang kedua.
Berdoa berlutut, dirindukan Allah untuk Anak-anakNya lakukan  dihadapanNya. Seperti Tuhan Yesus berlutut dan berdoa ditaman Getsemani, seperti Daud tiga kali sehari berlutut berdoa menghadap Bapa. Seperti Paulus dan penatua-penatua di Efesus berlutut berdoa. Tuhan Yesus mau kita tidak meninggalkan cara berdoa seperti ini hingga ia mencurahkan kuasanya dan memberikan kekuatan kepada yang kita.
5. Hamba Tuhan di GPI tidak mendapat gaji
Banyak cara yang dapat dilakuan Tuhan agar pelayanNya tidak kekurangan dan Tuhan tidak pernah habis cara untuk memberkati orang yang melakukan kehendakNya yaitu pemberitaan injil. Hamba Tuhan di GPI yang sungguh-sungguh setia melayani tanpa bersungut-sungut dicukupkan Allah kebutuhannya menurut kasih karunia Allah.
Dan apakah yang menjadi pelajaran bagi kita orang-orang yang hidup ditengah-tengah lingkungan yang berpotensi untuk kita dapat melayani Tuhan, tanpa mengharapkan gaji? Perhatikan apa yang dikatakan Rasul Paulus: “upahku ialah ini bahwa aku boleh memberitakan injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita injil” hendaklah kita belajar dari Paulus dan di sorga Tuhan sudah menyediakan upah untuk kita.
6. Penyampaian Firman Tuhan secara dua kali
Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus. Jemaat GPI biasanya mendengarkan Firman Tuhan dua kali dalam satu kali ibadah, hal ini didasarkan pada kerinduan para hamba-hamba Tuhan di GPI agar jemaat semakin bertumbuh imannya dan memiliki pengetahuan yang benar tentang Kristus.
Hendaklah anak-anak Tuhan sekarang tidak bosan dengan pengulangan, terlebih dengan firman Tuhan dasar dari segala hal, firman Tuhan pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Penyampaian firman Tuhan secara dua kali dalam ibadah juga dikondisikan dengan keadaan di GPI, terdapat Amang Guru, Amang Sintua, dan Amang Pendeta, biasanya amang guru/sintua yang pertama kali membawakan firman Tuhan, kemudian dilanjutkan  dengan amang pendeta/gembala sidang.
Terdapat juga ada hamba Tuhan yang mengunjungi sidang GPI setempat maka hamba Tuhan tersebut diberi kesempatan untuk berkhotbah kemudian firman Tuhan kedua dilanjutkan oleh gembala sidang setempat. Inilah uniknya GPI jemaat selalu diarahkan untuk benar-benar memiliki pengetahuan yang benar tentang firman Tuhan melalu penyampaian Firman Tuhan secara benar dan berlimpah, sehingga tercipta jemaat yang siap kesorga.
7. Doa Sepuluh Malam
Doa sepuluh malam merupakan doa yang selalu dilakukan di GPI yaitu menantikan turunnya Roh Kudus, selama sepuluh malam jemaat menantikan Roh Kudus dengan tekun dan sehati dalam doa bersama-sama. (dihari lain Tuhan juga memberikan loh… cobalah memintaNya pasti Dia akan memberikan RohNya dijamin.! :D )
Ibadah sepuluh malam dilakukan di GPI agar setiap orang yang hadir dipenuhi oleh Roh dan diharapkan ketika jemaat sudah memiliki Roh Kudus, jemaat memiliki buah-buah roh karena Roh Kudus memancarkan buah-buah roh tersebut, meninggalkan cara hidup lama yang sia-sia, berjalan dan berjuang, menatap kedepan memandang hari depan yang indah dihadapannya. Sehingga jemaat dapat “menularkan” Roh Kudus kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar